Sudah setengah perjalanan semester 6, rasanya begitu melelahkan dan menantang. Melelahkan karena bukan hanya beban tugas yang dirasakan, tapi juga beban mental karena mulai memasuki babak baru dunia perkuliahan, babak yang banyak menumbangkan sekaligus membentuk para pejuang tangguh. Rasanya dulu aku selalu menyangkal semua anggapan teman-teman setelah melalui satu semester perkuliahan yang katanya sungguh berat dan menguras air mata. Selama ini aku menganggap kuliah oke saja, semua baik saja, tugasnya, dosennya, temannya, situasinya, materinya semua berada dalam kendali. Akan tetapi memasuki babak ini, uhhhh.... minggu ke-3 nya saja sudah membuatku insecure bukan main. Ada banyak pikiran-pikiran yang menyumpal kepala dan menumpuk tidak terkendali. Sulit sekali rasanya bertahan, meskipun kemudian yang tumbuh adalah semangat karena mengingat keinginan dan harapan orang tua agar kelak anaknya berhasil jadi kebanggaan.
Sejujurnya aku tidak mengatakan aku menyesal karena memilih satu dari 3 pilihan, tidak.. mungkin jika di 2 pilihan lainnya rasanya akan sama seberat ini. Karena memang beban yang diletakkan di atas pundak sudah bukan lagi beban ringan seperti dulu. Menjadi dewasa berarti merelakan banyak waktu bersenang-senang dan bersantai. Menjadi dewasa berarti merelakan dirinya dihantam kenyataan demi kenyataan yang dulu bisa dihadapi dengan mudah karena bantuan orang tua. Menjadi dewasa berarti harus siap dipatahkan oleh harapan yang tidak sesuai kenyataan. Menjadi dewasa berarti harus siap bertanggungjawab atas tindakan dan perkataan. Dan hal itu tentu saja tidak mudah.
Di semester ini akhirnya aku memutuskan untuk mulai merelakan diriku dihantam kebingungan demi kebingungan. Dihantam harapan demi harapan, dihantam ketakutan atau bahkan rasa ragu. Tapi tak apa, cepat atau lambat, suka ataupun tidak suka, kelak hal seperti ini juga pasti akan dilalui juga.
Semester ini waktunya berfokus pada skripsi yang bakal mengantarkanku pada episode akhir dunia perkuliahan. Aku baru merasakan bahwa dunia orang dewasa tidaklah sesederhana milik anak-anak. Dunia orang dewasa penuh resiko dan perhitungan. Kita tidak bisa bertindak semau kita, ada aturan yang memang harus dijalankan sesuai prosedurnya. Dan tentu adaptasi dengan hal yang demikian tidaklah mudah. Tapi perlahan akan terbiasa. Kuncinya hanya terus bergerak walaupun lamban, sekecil apapun jangan pernah berhenti bergerak. Karena kalau kita berenti, itu artinya kita membuang waktu dan kesempatan yang diberikan semesta.
Sejauh ini semua aman terkendali,, aku sudah mulai masuk ke bab 2 draft proposal meskipun di bab 1 ada yang harus ditambah dan diperbaiki lewat data dan fakta yang harus dicari dulu. Prosedur aman, hanya air mata sempat menetes satu kali gara-gara harus menunggu dosen pembimbing berjam jam dengan hasil pertama yang mengecewakan. Tapi nggak papa, itu semua juga bagian dari perjuangan. Semoga kelak jadi dewasa dan tangguh.
Di tengah carut marut penuh kebingungan dan adaptasi skripsi, aku dihadapkan pada kenyataan bahwa sebenarnya selama hampir 6 semester ini, aku tidak pernah benar-benar berhubungan baik dengan orang-orang di sekeliling. Aku tidak punya banyak teman. Ya... meskipun definisi teman di sini berbeda dengan sekedar "teman". Memang,, yang aku temui dan sempat berkenalan bahkan mengobrol akrab cukup banyak. Kalau tidak percaya coba saja cek tagar namaku di getcontac. Akan tetapi teman yang benar-benar teman dan bisa membantuku dalam segala situasi, yang sangguh jadi tempat berbagi keluh dan senangnya kehidupan, hanya bisa dihitung jari. Aku menyadari bahwa dalam mengerjakan tugas akhir, akan ada masa di mana kamu hanya benar-benar mengandalkan diri sendiri. Karena setiap orang sibuk dengan diri mereka masing-masing, sibuk dengan jalan mereka masing-masing, sibuk dengan urusannya masing-masing. Tidak ada yang bisa disalahkan atas itu, bahkan diri sendiri pun tidak bersalah. Memang sudah masanya, memang sudah waktunya aku, kamu, dan kita harus merenggangkan jam temu, merenggangkan obrolan demi obrolan, merenggangkan cita dan cinta yang selalu diulang di tongkrongan, dan belajar untuk ikhlas memeluk kesendirian, kesepian, dan kebingungan.
Kelak, akan kau temui bahagia, akan kau temui ramai, akan kau temui rumah yang benar-benar tempat pulang. Tempat merebah dari segala rumitnya hari. Kelak, akan ada masa dimana segala yang sepi berganti ramai, segala yang berat terasa begitu ringan, segala yang melelahkan akan tergantikan bahagia. Semangat berjuang kawan-kawanku, semoga kuat sampai tamat. Dan untukmu, seseorang yang merelakan waktu, tenaga, pikiran, juga perasaannya untukku hingga kini, terima kasih. Jangan lupa kerjain skripsinya ya.... Orang tuamu juga inginkan gelar di belakang namamu sesegera mungkin, karena setelah itu akan ada banyak beban yang harus dipikul dan beban itu tidak bisa lama menunggu. Semangat kamu.... Terima kasih.
Rosantien.
Komentar
Posting Komentar