Langsung ke konten utama

Unggulan

Mari Menanyakan Ini Kepada Diri Sendiri

 Ada dua hal di dalam dunia pendidikan yang tidak dapat diabaikan begitu saja, 1. Kesejahteraan para guru yang senantiasa menjadi isu nasional dan diperjuangkan bersama 2. Efektivitas dan kualitas guru yang hanya dapat diraih dengan evaluasi dan pembelajaran sepanjang hayat Ya, menjadi guru berarti siap belajar sepanjang hayat. Menjadi guru berarti harus siap perbaikan setiap saat. Menjadi guru berarti harus siap berhadapan dengan banyak ketidakpastian. Bukan hanya siswa yang harus belajar untuk meningkatkan pengetahuan, guru pun meski sudah sekolah tinggi tidak berarti berhenti belajar. Belajar memahami, belajar menurunkan ego, belajar menyampaikan pemahaman, belajar beradaptasi, dan paling sulit belajar mengevaluasi diri sendiri. Seorang rekan pernah berkata bawah pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang terjadi dua arah, siswa menerima informasi baru, dan guru menerima pemahaman baru mengenai dirinya dan perkembangan siswa nya. Seandainya dunia pendidikan belum mampu memb...

Tentang Pekerjaan Itu

Mapeta Kelas XII 1446 H / 2025 M

Foto di atas diambil sebagai dokumentasi pembukaan kegiatan Mapeta (Masa Pembekalan Tahap Akhir) untuk anak-anak kelas XII angkatan 2022 yang beberapa bulan ke depan sudah resmi menyandang status sebagai alumni. Pelaksanaannya tepat hari ke 23 Ramadhan 1446 H, di sebuah ruangan yang 5 tahun lalu seharusnya dijadikan sebagai tempat untukku dan teman-teman melaksanakan acara yang sama, sayangnya saat itu seluruh kegiatan di berbagai sekolah di Indonesia dan bahkan di dunia dilakukan secara online karena wabah Covid-19. Siapa sangka 5 tahun kemudian aku kembali berada di tempat yang sama dengan peran yang berbeda. Dulu, aku adalah bagian dari siswa di sma tersebut, menjalani hari-hari dengan berbagai tugas sekolah, agenda organisasi, dan kesibukan luar sekolah yang sungguh menyita waktu dan fokus ku, kini Tuhan memberikan kesempatan untukku kembali ke sekolah tersebut sebagai salah satu guru, sungguh sebuah kehormatan sekaligus kesempatan yang sangat berharga. Maka pada kesempatan ini, izinkan aku untuk membagikan pengalaman pertama ku menyandang status sebagai seorang guru.


Menjadi seorang guru membuatku mendapatkan perspektif yang berbeda tentang banyak hal, khususnya di dunia pendidikan. Salah satunya berkaitan dengan pandanganku terhadap teman-teman yang bersikap menjengkelkan ketika masa sekolah dulu. Aku sempat merasa jengkel kepada beberapa anak yang bersikap seolah bandel dan membolos sekolah adalah hal yang keren, atau tidak mengerjakan tugas dan mencontek adalah hal yang lumrah, meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa kisah-kisah fiksi remaja dengan latar sma selalu menunjukkan tokoh laki-laki badboy sebagai daya tarik utama dan pemantik cerita, tapi sejujurnya aku anti dengan sikap dan karakter seperti itu di masa sekolah dulu. Dari sini kalian bisa menebak aku remaja seperti apa di masa sekolah. Jawaban dari pertanyataan tersebut terjawab sudah ketika aku menjadi guru. Aku mendapatkan sebuah kesimpulan bahwa dunia yang sempit hanya dapat diciptakan di dalam pemikiran dan hati manusia yang tidak mau mengerti. Kita mulai dari hal mendasar yang pasti dan akan selalu dialami oleh guru manapun, khususnya seorang guru baru yang mengajar sma. Awal-awal menjadi guru ada perasaan ragu, segan, bingung, grogi yang menghantui kepala, meskipun tidak sampai membuatku tidak bisa tidur di hari pertama. Aku menenangkan diri dengan berusaha menganggap mengajar akan sama dengan melakukan presentasi di kelas semasa kuliah, dan itu pasti tidak akan sulit. Bedanya hanya guru di kelas adalah pengajar, pendidik, sekaligus fasilitator bagi kelas tersebut. Guru tidak hanya membagikan ilmu secara teori kepada siswanya, tapi juga melibatkan rasa untuk membimbing, menjukkan sikap, akhlak, dan perilaku yang benar kepada mereka, membenarkan yang keliru, dan sebagai fasilitator guru mengawasi ketertiban sebuah kelas. Tidak hanya itu ternyata, guru juga harus aktif bertanya, memantik siswa untuk kritis dalam berpikir, dalam berbicara atau menyampaikan pemikiran tanpa rasa takut atau ragu, memantik siswa untuk nyaman berkomunikasi dan bertanya atau berdiskusi mengenai berbagai hal di dalam hidupnya yang berkaitan dengan materi untuk menjadi bekal di kemudian hari. Tidak dapat dipungkiri bahwa menjadi guru adalah pekerjaan yang harus dilakukan dari hati, bukan semata melibatkan gaji. Aku jadi mengerti mengapa seseorang mengatakan bahwa menjadi guru adalah panggilan hati, karena memang demikian adanya. Seorang guru yang hanya bekerja untuk gaji tidak akan pernah sama dengan guru yang melibatkan hatinya, meskipun uang atau gaji merupakan hal yang berarti dan sangat berharga untuk bekal dalam kehidupan yang semua hal diukur dari uang. Jika boleh memilih atau bercita-cita, aku ingin jadi guru yang menggunakan 100% hatinya untuk muridnya dan punya uang yang cukup untuk 100% hidupnya. Oke lanjut ke bagian pemantik mengenai perspektifku pada "anak-anak bandel"


Hari itu, juli 2024, tanggalnya masih belasan awal ketika jadwal masuk sekolah semester ganjil. Selayaknya seorang guru muda, fresh graduate, baru, kurang pengalaman, dan kurang good looking (menurutku ya, entah menurut orang lain), aku masuk ke sebuah kelas membuka sapa dengan memperkenalkan diri, menceritakan pengalaman pribadi, basa-basi menanyakan kabar, kisah seputar liburan, dan membahas berbagai hal ke sana kemari sebagai pemantik awal penyesuaian kelas. Aku masih ingat betul bagaimana mereka menatap aku dengan sedikit rasa penasaran dan malu-malu. Beberapa anak menanyakan kehidupan pribadi, beberapa yang lain sibuk menunduk dan enggan bertatap mata meski sepersekian detik, wajar namanya pendekatan pasti ada awkward. Sejauh ini masih oke, tapi tahu tidak pada masa-masa awal itu, ada anak yang benar-benar menjadi perhatianku, belakangan ku tau bahwa masalahan hidup yang dijalaninnya sungguh lebih berat dari ketakutan-ketakutanku pada hari esok. Dia selalu tertidur di 1 minggu awal pertemuan ku dengan kelas itu. "Orang gurunya gak bangunin kali". Omong kosong, aku sudah melakukan berbagai cara untuk membuatnya tetap terjaga di kelasku, tapi tidak berhasil. Akhirnya ku gunakan teknik dosen ketika mengajar di kelas semasa kuliah dulu, yakni lebih memprioritaskan anak-anak yang memang punya niat dan kemauan untuk belajar, maka ku diamkan ia tertidur di tengah kelasku. Pernah sekali waktu aku menceritakan kejadian itu di ruang guru dan ternyata sebagian besar dari rekan kerjaku itu mengatakan bahwa dia memang sering tertidur di kelas, sering dimarahi oleh guru-guru lain tapi kebiasaan tertidur tidak pernah membaik. Aku sekalipun tidak pernah memarahinya ketika tertidur, karena aku selalu percaya bahwa akan selalu ada cara lain yang akan selalu berhasil untuk memberitahu seseorang bahwa tindakan mereka salah, meskipun cara tersebut dengan tidak menggunakan emosi. Aku tidak pernah membenarkan atau setuju 100% bahwa cara yang aku lakukan adalah cara terbaik, memang terkadang  membuat siswa disiplin dengan cara tegas sangat diperlukan. Masalahnya hanya, aku belum bisa marah atau tegas, tapi suatu hari akan aku coba cara itu, dan pasti akan sangat berguna.


Keajaiban itupun datang, setelah aku melalukan pendekatan ala dosen ternyata kurang dari 2 minggu dia terbangun dengan sendirinya, mendengarkan penjelasanku meski dengan sedikit rasa mengantuk. Aku tau dia seringkali diingatkan oleh teman-teman tentang norma kesopanan, aku tau sebenarnya dia hanya menginginkan perhatian gurunya, aku tau bukan amarah yang membuat hatinya sadar, aku tau dia sebenarnya anak baik hanya saja kehidupan membuat hati dan pemikirannya menjadi keras dan sulit di taklukkan. Nyatanya dia jadi anak rajin di mata pelajaran yang aku ajarkan, selalu mendengarkan kata gurunya, selalu melaksanakan tanpa membantah, mengikuti pelajaran terutama antusias kepada game game yang ku buat, terkadang bahkan mengumpulkan tugas lebih awal dari yang lain dengan tulisan yang menurutku bagus, dan satu hal lagi di bulan-bulan awal aku mengajar perubahan besar yang membuatku bangga padanya adalah dia mau melaksanakan shalat dzuhur di sekolah padahal sebelumnya hal tersebut cukup mustahil dan mengherankan. Aku percaya dan yakin dia anak baik, dan setiap orang pasti memiliki sisi baik. Belakangan aku tau bahwa dia ternyata anak broken home, dan harus bekerja sepulang sekolah atau bahkan terkadang di malam hari demi uang saku. Ternyata hal itu yang membuat dia selalu mengantuk di sekolah. Sekarang dia sudah berada di penghujung masa sma. Aku selalu menyelipkan pesan-pesan kehidupan, pandangan masa depan setiap kali mengisi kelas, harapanku semoga pesan-pesan tersebut dapat menjadi pengingat dan bekal bagi kehidupan selanjutnya ketika mereka lulus nanti. Aku selalu berdo'a semoga anak-anak ku mendapatkan kebahagian, selalu sehat, ditunjukkan dan dibimbing kehidupannya oleh Allah, dan dijauhkan dari berbagai masalah yang dapat merugikan ia di masa depan. Tidak ada orang tua yang menginginkan hal buruk untuk anak-anak mereka. Maka harapannnya Allah senantiasa mendatangkan segala yang baik. Tumbuhlah tumbuh Nak, jadi anak yang berguna bagi diri sendiri dan orang lain.



Komentar

Postingan Populer