Mari Menanyakan Ini Kepada Diri Sendiri
Ada dua hal di dalam dunia pendidikan yang tidak dapat diabaikan begitu saja,
1. Kesejahteraan para guru yang senantiasa menjadi isu nasional dan diperjuangkan bersama
2. Efektivitas dan kualitas guru yang hanya dapat diraih dengan evaluasi dan pembelajaran sepanjang hayat
Ya, menjadi guru berarti siap belajar sepanjang hayat. Menjadi guru berarti harus siap perbaikan setiap saat. Menjadi guru berarti harus siap berhadapan dengan banyak ketidakpastian. Bukan hanya siswa yang harus belajar untuk meningkatkan pengetahuan, guru pun meski sudah sekolah tinggi tidak berarti berhenti belajar. Belajar memahami, belajar menurunkan ego, belajar menyampaikan pemahaman, belajar beradaptasi, dan paling sulit belajar mengevaluasi diri sendiri.
Seorang rekan pernah berkata bawah pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang terjadi dua arah, siswa menerima informasi baru, dan guru menerima pemahaman baru mengenai dirinya dan perkembangan siswa nya.
Seandainya dunia pendidikan belum mampu memberikan penghidupan yang pantas, apakah lantas yang terjadi justru profesionalitas disandingkan dengan materi duniawi.
Pada kenyataanya, disadari atau tidak menjadi guru adalah perihal seni menempatkan 100 persen hati, meskipun terkadang 50 50 dengan riuhnya isi kepala, makanya yang sering timbul jusru tugas yang diberikan dipilih sebagai wahana menyibukkan siswa dengan rutinitas semata, bukan didasari pada tujuan pembelajaran akan pendalaman materi.
Lantas, mari menanyakan ini
Sudahkah lahir jiwa pendidik yang 100% itu di dalam hatimu
Pendidik yang tidak hanya menjadikan sekolah sebagai ladang penghasilan
Pendidik yang tidak hanya menjadikan kelas sebagai seremonial semata
Pendidik yang tidak hanya menjadikan siswa sebagai wadah bercerita perihal pengalaman masa lalu
Karena faktanya, para siswa hanya membaca sebagian kecil dari yang mereka butuhkan, lantas 2 hari 3 hari kemudian mereka melupakan informasi yang diperoleh karena merasa tidak relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Mike Schmoker dalam bukunya menyatakan bahwa "Guru paling berbakat sekalipun menyadari keterbatasan mereka, dan guru yang baik adalah dia yang mau dikritik, senantiasa mengevaluasi diri, dan melakukan perbaikan atas dirinya sendiri."
Dariku yang penuh retak, Rosantien
Komentar
Posting Komentar