Cari Blog Ini
Hello. Terima kasih sudah berkenan membaca ceritaku. Semoga aku dan kamu sehat selalu
Unggulan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
PENGARUH PERUBAHAN IKLIM DALAM BINGKAI BUDAYA
Dewasa ini, bumi kita dihadapkan pada begitu banyak permasalahan yang sangat kompleks. Mulai dari kerusakan lingkungan, pencemaran alam, pemanasan global sampai pergeseran perilaku manusia yang turut serta menjadi penyebab perubahan iklim di muka bumi. Sejatinya manusia mempunyai naluri untuk terus melindungi dan menjaga alam. Namun disamping itu, keserakahan manusia untuk menguasai dan mengekspoitasi apa yang tersedia di alam ternyata membawa dampak buruk bagi alam.
Planet bumi yang sekarang kita tinggali bersama, sebenarnya telah mengalami berbagai macam perubahan selama 4,5 miliar tahun. Baik perubahan yang terjadi secara alamiah hingga perubahan yang terjadi dengan campur tangan manusia. Aktivitas keseharian yang kita lakukan ternyata juga dapat menjadi sumbangan bagi kerusakan bumi. Kebiasaan manusia seperti pemborosan energi, membuang sampah sembarangan, efek rumah kaca, penggunaan kendaraan yang tidak ramah lingkungan, penggunaan lemari pendingin, perilaku konsumsi yang berlebihan, pemborosan kertas, membuang limbah ke sungai, membangun begitu banyak gedung-gedung bertingkat dengan mempergunakan kaca sebagai pemanis arsitektur. Semua kebiasaan berlebihan yang setiap hari kita lakukan dapat menjadi penyebab pemanasan global. Tentu saja dampak yang timbul tidak akan serta merta kita rasakan, namun lambat laut akan mengakibatkan pergeseran keteraturan iklim di bumi. Jangan sampai kita menanam bencana bagi anak cucu kita kelak.
Suhu bumi saat ini meningkat sebesar 1,5° F dibandingkan dengan beberapa abad lalu. Dan bahkan menurut beberapa peneliti, suhu bumi akan meningkat seratus tahun kemudian sebesar 0,5 sampai 8,6° F. Hal tersebut tentu bukan berita yang baru, pasalnya isu pencemaran lingkungan, pemanasan global, serta perubahan iklim sering sekali menjadi topik pembahasan di berbagai media masa dan media elektronik di berbagai belahan dunia yang kebanyakan berkesimpulan bahwa penyumbang terbesar pergeseran iklim yang terjadi adalah aktivitas dan perilaku manusia yang dinilai masih kurang beretika terhadap alam. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa masih ada manusia yang peduli terhadap keselamatan bumi dan kehidupan di bumi.
Perserikatan
bangsa-bangsa (PBB) mendefinisikan perubahan iklim sebagai gejala yang
disebabkan baik Secara langsung ataupun tidak langsung oleh aktivitas manusia. Perubahan
iklim dapat diukur Dalam bentuk statistik melalui Internasional Panel on
climate change. Salah satu yang paling sering terjadi adalah bencana alam
akibat kenaikan suhu bumi yang dapat berpotensi menciptakan iklim berbahaya
bagi kehidupan. Menurut pengkajian terakhir dari Intergovernental Panel on
Climate Change (IPCC) tahun 2014 tingkat emisi gas rumah kaca (GRK) adalah
tertinggi sepanjang sejarah dan negara Indonesia diaggap sebagai penyumbang gas
rumah kaca terbesar setelah Amerika, China, dan Eropa.
Kehidupan manusia tidak pernah bisa dilepaskan dari lingkungan tempatnya berkembang. Manusia dan alam bagaikan satu tubuh yang saling membutuhkan. Manusia membutuhkan alam untuk tempatnya menetap dan menjalani kehidupan, berkembang, serta memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan alam membutuhkan manusia untuk memanfaatkan dan mengelola semua yang disediakannya, dan tentu saja menjaga dan merawatnya. Lingkungan merupakan salah satu determinan faktor yang memengaruhi manusia dalam proses produksi kebudayaan. Catatan lapangan dari berbagai wilayah menunjukkan bahwa perubahan iklim merupakan fenomena yang nyata. Budaya menjadi salah satu aspek yang penting untuk diteliti atas dampak dari perubahan iklim. Hal tersebut barkaitan dengan pertahanan, dan kapasitas adaptif serta seberapa besar pengaruh budaya dari masyarakat modern terhadap perubahan iklim yang secara langsung maupun tidak langsung turut serta mempengaruhi kehidupan masyarakat adat.
Sebenarnya
masyarakat adat dalam kesehariannya hampir tidak memiliki kontribusi terhadap
perubahan iklim karena masyarakat adat masih sangat menjunjung tinggi
kelestarian dan keseimbangan alam. Namun mereka menghadapi resiko yang lebih
besar. Hal tersebut dipengaruhi oleh pola hidup mereka yang lebih bergantung
dengan alam dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal di perkotaan. Perubahan
iklim membuat masyarakat adat juga berpotensi mengalami kerentanan dalam
tataran budaya. Lingkungan yang berubah karena perubahan iklim dapat membuat
masyarakat kehilangan identitas kulturalnya. Hal tersebut tidak terlepas dari
begitu banyaknya kebudayaan manusia yang terbentuk dari interaksinya dengan
lingkungan alam. Kerentanan keberadaan budaya yang dirasakan oleh masyarakat adat
akibat pengaruh pergeseran iklim merupakan salah satu bentuk dari kolonialisme lingkungan.
Dimana masyarakat di negara maju dengan sumber daya yang dimiliki terus berusaha
mengeksploitasi alam dan mengeruk habis hasil alam demi kesejahteraannya. Hal
yang seperti ini jelas sangat mengancam kebudayaan milik masyarakat adat.
Dimana dampak yang dirasakan dari perubahan iklim bukan hanya oleh manusia yang
tinggal di tempat modern tetapi oleh seluruh makhluk yang tinggal di bumi. Namun
sejatinya Iklim hanyalah satu dari banyak faktor yang memengaruhi perilaku dan
kebudayaan manusia.
Contoh dari pengaruh perubahan iklim terhadap budaya masyarakat terlihat dari peristiwa melelehnya es di Artik yang sangat mempengaruhi keseimbangan hidup masyarakat Inuit. Mereka menjadi sulit berburu, sulit membaca tanda alam untuk memprediksi cuaca, dan bahkan akan sulit melakukan mobilitas dikarenakan perubahan angin dan salju yang mendadak. Permasalahan tersebut mengharuskan masyarakat Inuit untuk menyesuaikan diri dengan pola kehidupan baru atas perubahan yang terjadi. Di Afrika, perubahan iklim menyebabkan ancaman banjir bagi masyarakat adat. Mereka dipaksa untuk melakukan mobilitas ke kota dengan kebudayaan yang jelas sangat berbeda dengan kebudayaan asli mereka. Di Indonesia sendiri, ekspansi perkebunan kelapa sawit telah mengakibatkan suku anak dalam dan suku kubu kehilangan tempat tinggal mereka dan terpaksa keluar dari hutan untuk melanjutkan kehidupan. Budaya mereka mau tidak mau harus melebur dengan kebudayaan masyarakat luar dan lambat laun akan terkikis dengan kebudayaan baru yang sesuai dengan kehidupan di luar daerah asal mereka. Di Amazon, penyebab perubahan iklim salah satunya ekspansi dan deforestasi hutan yang mengakibatkan lebih banyak karbon dilepaskan ke atmosfer. Ditambah lagi dengan kasus kekeringan di Amazon yang terjadi pada tahun 2005 dan 2019 yang menyebabkan kebakaran hutan. Dampak perubahan iklim juga dirasakan oleh masyarakat Finlandia, Swedia, dan Norwegia dimana cuaca dan hujan selama musim dingin yang mengakibatkan rusa sulit mendapatkan makanan. Hal tersebut memicu terjadinya kematian rusa kutub secara besar-besaran. Padahal rusa kutub merupakan simbol budaya, penghidupan, dan ekonomi bagi masyarakat Saami.
Perubahan
iklim sejatinya sudah pasti akan terjadi. Dan perihal faktor penyebab utama, sebenarnya
bukan hanya manusia dan tidak selalu dikarenakan manusia. Karena kembali lagi,
sekeras apapun keegoisan dan sebesar apapun keserakahan manusia pasti memiliki perasaan
menyayangi dan mencintai alam, terkhusus bumi sebagai satu-satunya planet yang
sejauh ini layak untuk ditinggali. Terlepas dari segala aktivitas manusia yang
menambah buruk kasus pencemaran alam menuju pergeseran iklim. Sebenarnya
seluruh manusia dan keberagaman kebudayaan yang dimiliki terlahir dari begitu
beragamnya iklim di bumi. Setiap budaya sudah tentu merupakan implementasi dari
keadaan iklim di daerah tersebut.
Pernah di posting di kompasiana.com ketika tugas meteorologi klimatologi
salam manis,
Rosantien.
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar