Langsung ke konten utama

Unggulan

Biarkan Aku Mengenang

Tulisan ini aku tunjukkan sebagai apresiasi kepada teman-teman seperjuangan yang ku temui dan ku kenal semasa aku kuliah. Sebelumnya terima kasih, terima kasih karena sudah bersedia menjadi bagian dari kisah hidupku. Menjadi orang-orang penting dalam memori indah ku semasa kuliah. Kalian semua yang telah ku kenal adalah bagian terpenting yang Allah kiriman semata untuk membantu ku bertumbuh. Aku masih ndak menyangka akan jadi sarjana pertama di keluargaku. Sarjana pendidikan pertama. Rasanya seperti terbangun dari mimpi indah tapi dengan dokumentasi yang terus-terusan bisa dikenang. Aku bersyukur kepada Allah atas kesempatan paling berharga yang diberikan karena tanpa-Nya aku tidak akan mungkin bisa sampai menulis kisah di hari ini. Semua perjuangan ku semasa kuliah tidak ada apa-apanya bila dibandingkan do'a dan usaha orang tuaku, juga dukungan baik finansial dari Kementerian Pendidikan atau pun semangat dan bantuan pikiran dari teman-teman yang ku temui semasa kuliah. Aku merasa ...

PENGARUH PERUBAHAN IKLIM DALAM BINGKAI BUDAYA

Dewasa ini, bumi kita dihadapkan pada begitu banyak permasalahan yang sangat kompleks. Mulai dari kerusakan lingkungan, pencemaran alam, pemanasan global sampai pergeseran perilaku manusia yang turut serta menjadi penyebab perubahan iklim di muka bumi. Sejatinya manusia mempunyai naluri untuk terus melindungi dan menjaga alam. Namun disamping itu, keserakahan manusia untuk menguasai dan mengekspoitasi apa yang tersedia di alam ternyata membawa dampak buruk bagi alam.

Planet bumi yang sekarang kita tinggali bersama, sebenarnya telah mengalami berbagai macam perubahan selama 4,5 miliar tahun. Baik perubahan yang terjadi secara alamiah hingga perubahan yang terjadi dengan campur tangan manusia. Aktivitas keseharian yang kita lakukan ternyata juga dapat menjadi sumbangan bagi kerusakan bumi. Kebiasaan manusia seperti pemborosan energi, membuang sampah sembarangan, efek rumah kaca, penggunaan kendaraan yang tidak ramah lingkungan, penggunaan lemari pendingin, perilaku konsumsi yang berlebihan, pemborosan kertas, membuang limbah ke sungai, membangun begitu banyak gedung-gedung bertingkat dengan mempergunakan kaca sebagai pemanis arsitektur. Semua kebiasaan berlebihan yang setiap hari kita lakukan dapat menjadi penyebab pemanasan global. Tentu saja dampak yang timbul tidak akan serta merta kita rasakan, namun lambat laut akan mengakibatkan pergeseran keteraturan iklim di bumi. Jangan sampai kita menanam bencana bagi anak cucu kita kelak.

Suhu bumi saat ini meningkat sebesar 1,5° F dibandingkan dengan beberapa abad lalu. Dan bahkan menurut beberapa peneliti, suhu bumi  akan meningkat seratus tahun kemudian sebesar 0,5 sampai 8,6° F. Hal tersebut tentu bukan berita yang baru, pasalnya isu pencemaran lingkungan, pemanasan global, serta perubahan iklim sering sekali menjadi topik pembahasan di berbagai media masa dan media elektronik di berbagai belahan dunia yang kebanyakan berkesimpulan bahwa penyumbang terbesar pergeseran iklim yang terjadi adalah aktivitas dan perilaku manusia yang dinilai masih kurang beretika terhadap alam. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa masih ada manusia yang peduli terhadap keselamatan bumi dan kehidupan di bumi.

Perserikatan bangsa-bangsa (PBB) mendefinisikan perubahan iklim sebagai gejala yang disebabkan baik Secara langsung ataupun tidak langsung oleh aktivitas manusia. Perubahan iklim dapat diukur Dalam bentuk statistik melalui Internasional Panel on climate change. Salah satu yang paling sering terjadi adalah bencana alam akibat kenaikan suhu bumi yang dapat berpotensi menciptakan iklim berbahaya bagi kehidupan. Menurut pengkajian terakhir dari Intergovernental Panel on Climate Change (IPCC) tahun 2014 tingkat emisi gas rumah kaca (GRK) adalah tertinggi sepanjang sejarah dan negara Indonesia diaggap sebagai penyumbang gas rumah kaca terbesar setelah Amerika, China, dan Eropa.

Kehidupan manusia tidak pernah bisa dilepaskan dari lingkungan tempatnya berkembang. Manusia dan alam bagaikan satu tubuh yang saling membutuhkan. Manusia membutuhkan alam untuk tempatnya menetap dan menjalani kehidupan, berkembang, serta memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan alam membutuhkan manusia untuk memanfaatkan dan mengelola semua yang disediakannya, dan tentu saja menjaga dan merawatnya. Lingkungan merupakan salah satu determinan faktor yang memengaruhi manusia dalam proses produksi kebudayaan. Catatan lapangan dari berbagai wilayah menunjukkan bahwa perubahan iklim merupakan fenomena yang nyata. Budaya menjadi salah satu aspek yang penting untuk diteliti atas dampak dari perubahan iklim. Hal tersebut barkaitan dengan pertahanan, dan kapasitas adaptif serta seberapa besar pengaruh budaya dari masyarakat modern terhadap perubahan iklim yang secara langsung maupun tidak langsung turut serta mempengaruhi kehidupan masyarakat adat.

Sebenarnya masyarakat adat dalam kesehariannya hampir tidak memiliki kontribusi terhadap perubahan iklim karena masyarakat adat masih sangat menjunjung tinggi kelestarian dan keseimbangan alam. Namun mereka menghadapi resiko yang lebih besar. Hal tersebut dipengaruhi oleh pola hidup mereka yang lebih bergantung dengan alam dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal di perkotaan. Perubahan iklim membuat masyarakat adat juga berpotensi mengalami kerentanan dalam tataran budaya. Lingkungan yang berubah karena perubahan iklim dapat membuat masyarakat kehilangan identitas kulturalnya. Hal tersebut tidak terlepas dari begitu banyaknya kebudayaan manusia yang terbentuk dari interaksinya dengan lingkungan alam. Kerentanan keberadaan budaya yang dirasakan oleh masyarakat adat akibat pengaruh pergeseran iklim merupakan salah satu bentuk dari kolonialisme lingkungan. Dimana masyarakat di negara maju dengan sumber daya yang dimiliki terus berusaha mengeksploitasi alam dan mengeruk habis hasil alam demi kesejahteraannya. Hal yang seperti ini jelas sangat mengancam kebudayaan milik masyarakat adat. Dimana dampak yang dirasakan dari perubahan iklim bukan hanya oleh manusia yang tinggal di tempat modern tetapi oleh seluruh makhluk yang tinggal di bumi. Namun sejatinya Iklim hanyalah satu dari banyak faktor yang memengaruhi perilaku dan kebudayaan manusia.

Contoh dari pengaruh perubahan iklim terhadap budaya masyarakat terlihat dari peristiwa melelehnya es di Artik yang sangat mempengaruhi keseimbangan hidup masyarakat Inuit. Mereka menjadi sulit berburu, sulit membaca tanda alam untuk memprediksi cuaca, dan bahkan akan sulit melakukan mobilitas dikarenakan perubahan angin dan salju yang mendadak. Permasalahan tersebut mengharuskan masyarakat Inuit untuk menyesuaikan diri dengan pola kehidupan baru atas perubahan yang terjadi. Di Afrika, perubahan iklim menyebabkan ancaman banjir bagi masyarakat adat. Mereka dipaksa untuk melakukan mobilitas ke kota dengan kebudayaan yang jelas sangat berbeda dengan kebudayaan asli mereka. Di Indonesia sendiri, ekspansi perkebunan kelapa sawit telah mengakibatkan suku anak dalam dan suku kubu kehilangan tempat tinggal mereka dan terpaksa keluar dari hutan untuk melanjutkan kehidupan. Budaya mereka mau tidak mau harus melebur dengan kebudayaan masyarakat luar dan lambat laun akan terkikis dengan kebudayaan baru yang sesuai dengan kehidupan di luar daerah asal mereka. Di Amazon, penyebab perubahan iklim salah satunya ekspansi dan deforestasi hutan yang mengakibatkan lebih banyak karbon dilepaskan ke atmosfer. Ditambah lagi dengan kasus kekeringan di Amazon yang terjadi pada  tahun 2005 dan 2019 yang menyebabkan kebakaran hutan. Dampak perubahan iklim juga dirasakan oleh masyarakat Finlandia, Swedia, dan Norwegia dimana cuaca dan hujan selama musim dingin yang mengakibatkan rusa sulit mendapatkan makanan. Hal tersebut memicu terjadinya kematian rusa kutub secara besar-besaran. Padahal rusa kutub merupakan simbol budaya, penghidupan, dan ekonomi bagi masyarakat Saami.

Perubahan iklim sejatinya sudah pasti akan terjadi. Dan perihal faktor penyebab utama, sebenarnya bukan hanya manusia dan tidak selalu dikarenakan manusia. Karena kembali lagi, sekeras apapun keegoisan dan sebesar apapun keserakahan manusia pasti memiliki perasaan menyayangi dan mencintai alam, terkhusus bumi sebagai satu-satunya planet yang sejauh ini layak untuk ditinggali. Terlepas dari segala aktivitas manusia yang menambah buruk kasus pencemaran alam menuju pergeseran iklim. Sebenarnya seluruh manusia dan keberagaman kebudayaan yang dimiliki terlahir dari begitu beragamnya iklim di bumi. Setiap budaya sudah tentu merupakan implementasi dari keadaan iklim di daerah tersebut.


Pernah di posting di kompasiana.com ketika tugas meteorologi klimatologi 

salam manis, 

Rosantien.

Komentar

Postingan Populer